Ruangsidang.com – Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO), Hasan Nasbi, resmi menyatakan pengunduran dirinya dari Kabinet Merah Putih. Ia menyebut telah mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Prabowo Subianto sejak 21 April 2025. Surat tersebut disampaikan melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.
“Pada hari ini, 21 April 2025, sepertinya saat itu sudah tiba. Surat pengunduran diri saya tanda tangani dan saya kirimkan kepada presiden melalui dua orang sahabat baik saya, Menteri Sekretaris Negara dan Sekretaris Kabinet,” ujar Hasan dalam pernyataannya.
Langkah Hasan mundur dari jabatan strategis ini menandai pergeseran penting dalam struktur komunikasi pemerintahan Prabowo. Terlebih, pengunduran diri ini terjadi tidak lama setelah Mensesneg Prasetyo Hadi diumumkan sebagai juru bicara presiden. Saat pengumuman tersebut dilakukan, Hasan masih secara resmi menjabat sebagai Kepala PCO.
Penunjukan Prasetyo Hadi sebagai juru bicara presiden mempertegas posisi strategisnya dalam lingkaran dalam pemerintahan. Ia bukan sosok baru di dunia politik nasional. Prasetyo dikenal sebagai kader Partai Gerindra yang sudah lama berkiprah, bahkan sejak partai itu berdiri.
Lahir di Ngawi pada 28 Oktober 1979, Prasetyo mengenyam pendidikan di SMA Taruna Nusantara dan melanjutkan studi di Universitas Gadjah Mada dengan fokus pada Konservasi Sumberdaya Hutan. Ia bergabung dengan Partai Gerindra pada 2008 dan resmi menjadi anggota DPR melalui proses pergantian antar waktu (PAW) pada 1 September 2020, menggantikan Harry Poernomo.
Di parlemen, Prasetyo ditempatkan di Komisi II, yang menangani urusan pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, hingga pertanahan. Pengalaman ini memberikan landasan kuat baginya dalam menjalankan tugas sebagai Mensesneg dan kini juga sebagai juru bicara presiden.
Setelah Prabowo resmi menjabat sebagai Presiden periode 2024–2029, Prasetyo dipercaya memegang peran penting sebagai Mensesneg. Tak lama berselang, ia juga mengambil peran komunikasi publik yang sebelumnya menjadi kewenangan PCO.
Pengunduran diri Hasan Nasbi menjadi sorotan karena ia merupakan salah satu figur yang telah lama terlibat dalam strategi komunikasi politik, termasuk pada masa pemerintahan sebelumnya. Keputusannya mundur membuka ruang baru dalam dinamika internal Istana, terutama dalam hal penataan komunikasi dan penyampaian informasi publik.
Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari Istana terkait pengganti Hasan Nasbi di posisi Kepala PCO. Namun, penguatan peran Prasetyo Hadi mengindikasikan adanya konsolidasi fungsi komunikasi langsung di bawah koordinasi Mensesneg.
Langkah Hasan dinilai sebagai bagian dari proses transisi dan penyesuaian struktur di era pemerintahan baru. Meski demikian, keputusan tersebut tetap meninggalkan tanda tanya mengenai arah komunikasi strategis ke depan, serta sejauh mana efektivitas komunikasi publik akan dijaga dalam dinamika politik nasional yang terus berkembang.
Dengan bergesernya peran komunikasi kepada figur baru, publik kini menanti bagaimana strategi komunikasi pemerintah akan dikembangkan di bawah kendali Prasetyo Hadi.