RuangSidang.com – Kasus bullying yang baru-baru ini mencuat di Sekolah Binus Serpong, Tangerang Selatan, telah mengguncang masyarakat, menyoroti keberadaan ancaman yang serius terhadap keamanan dan kesejahteraan anak-anak di lingkungan pendidikan.
Dilaporkan bahwa sebuah kelompok yang dikenal sebagai Geng T*i telah aktif melakukan tindakan menyimpang selama sembilan generasi di sekolah tersebut, mengeksploitasi kekuatan mereka untuk menyebabkan kerugian fisik dan emosional pada sesama siswa. Dengan melibatkan anak artis dan musisi terkenal seperti Vincent Rompies, kasus ini telah membuka pintu bagi pembahasan mendalam tentang dampak negatif dari perundungan terhadap korban dan masyarakat secara luas.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah efek psikologis yang mendalam dari perundungan terhadap korban. Bukan hanya sebatas bentuk-bentuk fisik kekerasan yang terjadi, namun juga pelecehan verbal dan psikologis yang berulang dapat menyebabkan trauma jangka panjang pada korban.
Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Adolescent Health, korban bullying cenderung mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, bahkan pikiran untuk melakukan bunuh diri. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan pihak terkait untuk tidak hanya menangani kasus perundungan secara langsung, tetapi juga menyediakan dukungan psikologis yang memadai bagi korban untuk memulihkan diri dan mengatasi dampak psikologis yang mungkin mereka alami.
Selain itu, peran teknologi dalam memperluas cakupan perundungan menjadi isu yang semakin penting untuk diperhatikan. Dengan maraknya media sosial dan platform daring, perundungan tidak lagi terbatas pada lingkungan fisik sekolah, tetapi juga dapat terjadi di dunia maya, yang sulit untuk dipantau oleh pihak sekolah atau orang tua.
Fenomena siberbullying, yang melibatkan penggunaan teknologi untuk menyebarkan pesan atau gambar yang merendahkan atau merugikan seseorang, telah menjadi ancaman nyata bagi kesejahteraan anak-anak. Inilah sebabnya mengapa penting untuk meningkatkan kesadaran tentang perlunya pengawasan dan penggunaan yang bertanggung jawab terhadap teknologi di antara anak-anak, serta memperkuat upaya untuk menangani kasus bullying secara online.
Selanjutnya, penting untuk mengakui bahwa perundungan tidak hanya mempengaruhi korban langsung, tetapi juga menciptakan iklim yang tidak aman dan tidak sehat di sekolah. Para siswa yang menjadi saksi atau terlibat secara tidak langsung dalam tindakan perundungan mungkin merasa takut atau tertekan, dan hal ini dapat mengganggu fokus mereka dalam belajar.
Ini menekankan perlunya membangun budaya sekolah yang inklusif dan penuh kasih, di mana setiap individu dihormati dan didukung untuk mencapai potensi mereka sepenuhnya. Inisiatif seperti program anti-perundungan, pelatihan kepekaan, dan promosi nilai-nilai seperti empati dan kerjasama dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung bagi semua siswa.
Dampak perundungan atau bullying bagi masa depan korban bisa sangat serius dan beragam. Berikut beberapa dampak yang mungkin terjadi:
Masalah Kesehatan Mental
Salah satu dampak paling umum dari perundungan adalah masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Korban bullying sering kali mengalami stres kronis akibat tekanan yang mereka alami secara terus-menerus, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.
Rendahnya Percaya Diri dan Diri Merasa Tidak Berharga
Bullying dapat menghancurkan harga diri korban dan menyebabkan mereka merasa tidak berharga. Penindasan yang terus-menerus dan pelecehan verbal bisa membuat korban meragukan kemampuan dan nilai diri mereka sendiri, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kepercayaan diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Gangguan Hubungan Sosial
Korban perundungan mungkin mengalami kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mempercayai orang lain, merasa terisolasi, atau bahkan menghindari interaksi sosial secara keseluruhan karena takut dihakimi atau disakiti lagi.
Prestasi Akademik yang Menurun
Dampak psikologis dari bullying juga dapat memengaruhi kinerja akademik korban. Kesulitan dalam konsentrasi, motivasi yang rendah, atau bahkan absensi sekolah sebagai akibat dari kecemasan atau depresi dapat mengganggu kemampuan korban untuk belajar dan berkembang secara akademik.
Perilaku Merugikan Diri
Beberapa korban perundungan mungkin mengalihkan rasa sakit dan frustrasi mereka dengan cara yang merugikan diri sendiri, seperti melalui kebiasaan merokok, minum alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, atau perilaku berisiko lainnya.
Potensi untuk Menjadi Pelaku Perundungan di Masa Depan
Ironisnya, beberapa korban perundungan juga berisiko menjadi pelaku perundungan di kemudian hari. Trauma dan kekerasan yang mereka alami bisa menghasilkan sikap dan perilaku yang agresif atau merendahkan diri sendiri, yang dapat termanifestasi dalam perilaku bullying terhadap orang lain
Dengan kasus perundungan di Sekolah Binus Serpong menjadi sorotan media, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa perundungan bukanlah masalah yang dapat dianggap remeh. Dengan memahami dampaknya yang merusak pada korban, serta lingkungan sekolah secara keseluruhan, kita dapat bersama-sama bekerja untuk mencegah dan menangani bullying dengan lebih efektif.
Langkah-langkah proaktif, termasuk pendidikan tentang kesadaran perundungan, dukungan psikologis yang memadai, dan pembangunan budaya sekolah yang inklusif, dapat membantu menciptakan lingkungan di mana setiap anak merasa aman, dihargai, dan didukung dalam perjalanan pendidikannya.
Baca juga: Pemilu 2024: Jokowi Tingkatkan Tunjangan Kinerja untuk Pegawai Bawaslu
Sumber: Siloam.