Jakarta – Ketika kita memasuki #TahunBaruIslam1446H, ada baiknya untuk merenungkan sejarah Hijriah yang kaya akan pengajaran dan nilai penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Sejarah Hijriah bukan hanya sekadar pergantian tahun, melainkan sebuah refleksi besar dari perjalanan umat Islam sejak dari awal Masehi Hijriah, mencerminkan peristiwa penting dalam membangun fondasi kita sebagai pengikut ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Sejarah kalender Hijriah berasal dari kebutuhan kongkrit akan sistem penanggalan yang dapat digunakan oleh umat Islam untuk menentukan hari-hari besar serta peristiwa penting lainnya. Berbeda dengan kalender Gregorian yang berbasis siklus matahari, Kalender Hijriah, yang berbasis pada siklus bulan mengelilingi bumi, memiliki sekitar 354 atau 355 hari. Hal ini menyebabkan ketidakselarasan jumlah tahun antara penghitungan Gregorian dan Hijriah.
Awal mula pembuatan Kalender Hijriah terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Kejadian ini bermula ketika Umar, yang saat itu menjabat sebagai amirul mukminin atau pemimpin umat Islam, diperhadapkan pada persoalan surat-surat tanpa penandaan tahun yang membingungkan. Atas kesulitan ini, pada sekitar tahun 638 M, Umar menggelar pertemuan besar dengan para sahabat dan pembesar untuk membicarakan penetapan sistem kalender yang standar untuk umat Islam.
“Dalam diskusi tersebut, muncul sejumlah ide seperti tahun 1 kalender Islam dimulai dari saat turunnya wahyu, saat kelahiran Rasulullah SAW, dan waktu wafatnya Rasulullah SAW,” sebagaimana diceritakan Ustaz Adi Hidayat dalam video yang dilihat detikJabar di Youtube. Namun, ide tersebut ditolak karena alasan tertentu, hingga akhirnya mereka menyepakati bahwa tahun pertama kalender Islam dimulai sejak peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Yatsrib.
Peristiwa hijrah ini signifikan karena menandai titik balik penting dalam sejarah Islam “Bagaimana umat merasakan kenyamanan dalam ibadah dan menjadi momen penyatuan dimana Rasulullah saat datang ke Madinah mempersaudarakan kaum Anshor dan Muhajirin.”
Selain dari kesepakatan bahwa peristiwa hijrah menjadi titik awal perhitungan, Kalender Hijriah juga unik karena setiap awal bulan ditentukan dengan pengamatan hilal dan sistem perhitungannya yang berbeda dengan kalender Gregorian, membuat penyelarasan tanggal menjadi penting.
Kalender Hijriah juga turut memainkan peran krusial dalam menentukan hari-hari besar Islam, seperti awal dan akhir Ramadhan, serta hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Banyak negara menggunakan metode hisab dan rukyah dalam menentukan kedatangan bulan-bulan terkait dalam Kalender Hijriah.
Saat kita merayakan tahun baru Islam pada Muharram 1446H, penting untuk kita mengapresiasi hikmah dan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Karena Sesungguhnya bulan Muharram sendiri memiliki sejarah yang kaya, dari awal hijrah Nabi Muhammad SAW hingga peristiwa yang berdarah pada masa cucu Rasulullah SAW, Husen bin Ali RA.
Memasuki 1 Muharram menjadi momen bagi umat Islam untuk merenung dan introspeksi, tidak hanya untuk membentuk masyarakat yang mandiri dan berdaulat, namun juga untuk memperingati kisah perjuangan fisik maupun spiritual yang telah terjadi.
Sejarah penetapan Kelender Hijriah tidak terlepas dari cerita-cerita yang mewarnainya. Keputusan yang terambil menggambarkan sebuah proses yang logis dari kebutuhan umat Islam untuk mempunyai system penanggalan yang dapat dipadukan dengan penanggalan lainnya, mereka tidak hanya mengadopsi postulat waktu yang ada, tetapi juga merefleksikan event-event besar dalam kisah hidup Sang Nabi, sebagaimana penjelasan dalam buku Muh. Hadi Bashori, dan menegaskan setiap longgokan zaman mansuh atas semangat kesatuan dan kesinambungan historis.
Cerita ini mengingatkan kita untuk menghargai nilai-nilai peradaban dan sejarah yang menjadi bagian langgeng dari identitas keislaman kita. Tentu, kisah hijrah memberi pelajaran bahwa dalam setiap langkah kita sebagai umat Islam adalah upaya yang konstan untuk mencapai kemajuan, kerukunan, dan kesempurnaan diri sebagai hamba-hamba yang bertaqwa.
CN